Aliran Sesat Jangan Dipelihara!
Posted in: Buletin Al-Balagh
Tiap tahun kita senantiasa dihadapkan pada fenomena munculnya aliran sesat. Bak jamur di musim hujan, aliran sesat bermunculan dimana-mana. Hingga para penulis tentang aliran sesat pun hampir kewalahan untuk menghitung dan mengungkapnya. Entah mengapa, di Indonesia ini aliran dan paham sesat begitu betah bersemayam di sini. Mungkin karena watak dasar rakyat Indonesia yang lebih cenderung kepada kesesatan sehingga pada gilirannya membentuk karakter pemimpinnya yang juga cenderung pada kesesatan. Hasilnya, para pemimpin itu tidak bersikap tegas untuk membubarkan berbagai aliran dan paham sesat, padahal di negeri jiran (Malaysia dan Brunai) aliran-aliran sesat itu sudah dilarang.
Aliran sesat dipelihara negara?
Kenapa aliran-aliran sesat itu bermunculan dan mirip-mirip dengan aliran-aliran sesat yang sudah ada?
Masalah kenapa di Indonesia bermunculan aliran sesat, sering dipertanyakan orang di mana-mana. Bukan hanya orang dari dalam negeri saja yang sering mempertanyakan masalah itu.
Seharusnya yang perlu menjawab dan lebih tahu jawabannya itu adalah pihak-pihak yang berwewenang. Hanya saja selama ini belum terdengar adanya keterangan yang jelas dari mereka.
Agar ada sedikit gambaran, karena memang kenyataannya aliran sesat bermunculan, maka untuk menjawab pertanyaan itu perlu ditengok, bagaimana sikap para petinggi negeri ini terhadap aliran-aliran sesat yang sudah nyata-nyata sesat dan telah diprotes atau difatwakan atau dinyatakan dengan rekomendasi tentang sesatnya oleh MUI dan lainnya: di antaranya aliran sesat Ahmadiyah, LDII, Syi’ah, NII KW IX dan sebagainya.
Ternyata di samping pihak petinggi negeri ini tidak atau belum-belum juga membubarkan aliran-aliran sesat, justru ada petinggi yang malahan munduk-munduk sowan minta restu dan dukungan kepada aliran sesat.
Bagaimana orang yang ada ambisi kesesatan tidak tergiur dengan yang seperti itu?
Faktor lain lagi, kadang aliran sesat di Indonesia ini pemimpin dan kerajaannya justru menjadi istana raja diraja. Lihat saja pusat aliran sesat NII KW IX di Indramayu. Jawa Barat. Entah berapa petinggi negeri ini yang sudah munduk-munduk sowan (merunduk-runduk hadir) ke sana. Bahkan ngrampek-ngrampek (mendekat-dekat dengan penuh harap) untuk minta dukungan, dengan mengadakan TPS (tempat pemungutan suara) khusus segala dalam pemilu yang lalu.
Apakah itu bukan berarti menyuburkan aliran sesat bahkan menjunjungnya?
Di samping para pejabat tinggi banyak yang sowan ke istana aliran sesat, masih pula para petinggi aliran sesat sering tidak dijamah oleh hukum, entah apa sebabnya. Itu LDII yang telah dikhabarkan menipu hampir 11 triliun rupiah, tidak pernah ada khabar bahwa mereka diseret ke pengadilan. (lihat buku HMC Shodiq, Akar Kesesatan LDII dan Penipuan Triliunan Rupiah, LPPI, Jakarta, cetakan kedua, Oktober 2004). Padahal saat ini banyak pejabat setelah menduduki jabatan kemudian diseret ke pengadilan dan akhirnya masuk ke penjara. Lha kalau jadi pemimpin aliran sesat, entah itu bisa memeras, bahkan menipu mentah-mentah, ternyata dibiarkan lenggang kangkung (berjalan santai) tidak diusik-usik. Sebaliknya, justru para pemimpin aliran sesat itu disowani dengan munduk-munduk oleh pejabat tinggi negeri ini, masih pula dimintai restunya. Apakah itu tidak menggiurkan untuk pertumbuhan aliran sesat? Dalam wacana perpolitikan, apakah lakon seperti itu termasuk tingkah politisi busuk yang diharapkan agar tidak dipilih lagi atau bukan?
Ciri-ciri Aliran Sesat
Penting sekali bagi orang yang hendak menghindari aliran sesat untuk mengetahui ciri-cirinya. Perlu diketahui bahwa kesesatan sangat beragam dan bermacam jumlahnya, maka tidak mungkin dalam kesempatan yang terbatas ini, kami menyampaikan semua ciri dari kesesatan yang terjadi di masa ini. Namun akan kami paparkan beberapa ciri-ciri dari jalan kesesatan atau aliran sesat yang ada di tanah air kita. Alhamdulillah, sebagian ciri dari aliran sesat yang ada di tanah air kita ini telah dikemukakan oleh Majelis Ulama Indonesia yang mengeluarkan ma’lumat tentang 10 ciri aliran sesat, yaitu:
Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari Akhir, Qadha dan Qadar) dan mengingkari rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah, sholat wajib 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji)
Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`I (Al-Quran dan As-Sunah);
Meyakini turunnya wahyu setelah Al Qur’an
Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al Qur’an
Melakukan penafsiran Al Quran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir
Mengingkari kedudukan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai sumber ajaran Islam
Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
Mengingkari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabi dan Rasul terakhir.
Merubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syari’ah, seperti haji tidak ke Baitullah, shalat fardlu tidak 5 waktu
Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i, seperti mengkafirkan seorang muslim hanya karena bukan kelompoknya.
Agar Terhindar dari Aliran Sesat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua hal, kalian tidak akan sesat jika berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah (Hadits).” (HR. Al Hakim. Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini hasan). Dari hadits ini jelaslah bahwa cara agar terhindar dari kesesatan adalah berpegang teguh terhadap Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu dengan mempelajarinya, lalu mengamalkannya. Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tidaklah aku biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada hadits tersebut terdapat isyarat pentingnya mempelajari ilmu agama, yaitu Al Qur’an dan Hadits. Karena pada hakekatnya, orang yang terjerumus dalam kesesatan adalah orang yang tidak paham dan tidak mengerti ilmu agama dengan baik dan benar. Sebagaimana Allah Ta’ala mensifati orang-orang musyrikin yang sesat sebagai orang-orang yang tidak paham: (yang artinya) “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar dan memahami? Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu” (QS.Al Furqan: 44)
Karena ilmu agama akan menjaga seseorang dari kemaksiatan dan kesesatan. Semakin tinggi ilmunya, semakin tebal perisainya terhadap kemaksiatan dan kesesatan. Sebagaimana perkataan para ulama kita terdahulu ketika membandingkan ilmu dan harta: “Ilmu akan menjaga pemiliknya di dunia dan di akhirat. Sementara harta tidak dapat menjagamu. Bahkan dirimulah yang menjaga harta-hartamu di dalam kotak dan lemari”.
Secara ringkas, ada beberapa tips yang dapat dilakukan agar seseorang terhindar dari pengaruh aliran sesat, antara lain:
Mempelajari ilmu agama. Selain karena hukumnya wajib, dengan mempelajari agama seseorang akan mampu mengetahui ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan Islam namun disamarkan seolah merupakan ajaran Islam. Hadirilah majelis-majelis ta’lim yang dibimbing oleh ustadz yang terpercaya. Belilah buku, majalah, VCD atau MP3 yang berisi kajian Islam ilmiah yang membahas Al Qur’an dan hadits di dalamnya. Namun berhati-hatilah terhadap majelis-majelis ta’lim, buku, majalah atau VCD yang di dalamnya jarang atau bahkan tidak membahas Al Qur’an dan Hadits, walaupun isinya kelihatan baik.
Kenali dan pahami ciri-ciri aliran sesat.
Sering bergaul dengan ahlul ‘ilmi, yaitu orang-orang yang memiliki kapasitas ilmu agama yang baik, atau orang-orang yang semangat menuntut ilmu agama.
Jadilah insan yang ilmiah, yang senantiasa melakukan sesuatu atas dasar yang kokoh.
Curigailah bila menemukan sekelompok orang yang berdakwah Islam namun dengan cara sembunyi-sembunyi dan takut diketahui orang banyak.
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ulama atau ustadz yang terpercaya ketika menemukan sebuah keganjilan dalam praktek beragama.
Berdoa memohon pertolongan Allah agar dihindarkan dari kesesatan dan dimantapkan dalam kebenaran. Sebagaimana dicontohkan pula oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berdoa: Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolbii ‘alaa diinik. Artinya: “Ya Allah, Dzat Yang Membolak-balikan Hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu”. (HR. Muslim)
Terakhir, penulis menasehati diri sendiri dan kaum muslimin sekalian agar membudayakan sikap saling menasehati dalam kebaikan. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasehat” (HR.Bukhari dan Muslim). Maka tulisan ini adalah bentuk nasehat di balik sebuah harapan besar agar kaum muslimin sekalian terhindar dari jalan-jalan kesesatan dan bersatu di jalan kebenaran. Sehingga jika pembaca menemukan ciri-ciri aliran sesat sebagaimana telah disebutkan, kewajiban pertama adalah menasehati. Bukan menyesat-nyesatkan, mencaci-maki, melakukan aksi anarkis apalagi memvonis kafir. Sebab, terjerumus dalam jalan kesesatan belum tentu kafir. Wabillahittaufiq.
Sumber: nahimungkar.com dan buletin at-tauhid edisi V/11
Tiap tahun kita senantiasa dihadapkan pada fenomena munculnya aliran sesat. Bak jamur di musim hujan, aliran sesat bermunculan dimana-mana. Hingga para penulis tentang aliran sesat pun hampir kewalahan untuk menghitung dan mengungkapnya. Entah mengapa, di Indonesia ini aliran dan paham sesat begitu betah bersemayam di sini. Mungkin karena watak dasar rakyat Indonesia yang lebih cenderung kepada kesesatan sehingga pada gilirannya membentuk karakter pemimpinnya yang juga cenderung pada kesesatan. Hasilnya, para pemimpin itu tidak bersikap tegas untuk membubarkan berbagai aliran dan paham sesat, padahal di negeri jiran (Malaysia dan Brunai) aliran-aliran sesat itu sudah dilarang.
Aliran sesat dipelihara negara?
Kenapa aliran-aliran sesat itu bermunculan dan mirip-mirip dengan aliran-aliran sesat yang sudah ada?
Masalah kenapa di Indonesia bermunculan aliran sesat, sering dipertanyakan orang di mana-mana. Bukan hanya orang dari dalam negeri saja yang sering mempertanyakan masalah itu.
Seharusnya yang perlu menjawab dan lebih tahu jawabannya itu adalah pihak-pihak yang berwewenang. Hanya saja selama ini belum terdengar adanya keterangan yang jelas dari mereka.
Agar ada sedikit gambaran, karena memang kenyataannya aliran sesat bermunculan, maka untuk menjawab pertanyaan itu perlu ditengok, bagaimana sikap para petinggi negeri ini terhadap aliran-aliran sesat yang sudah nyata-nyata sesat dan telah diprotes atau difatwakan atau dinyatakan dengan rekomendasi tentang sesatnya oleh MUI dan lainnya: di antaranya aliran sesat Ahmadiyah, LDII, Syi’ah, NII KW IX dan sebagainya.
Ternyata di samping pihak petinggi negeri ini tidak atau belum-belum juga membubarkan aliran-aliran sesat, justru ada petinggi yang malahan munduk-munduk sowan minta restu dan dukungan kepada aliran sesat.
Bagaimana orang yang ada ambisi kesesatan tidak tergiur dengan yang seperti itu?
Faktor lain lagi, kadang aliran sesat di Indonesia ini pemimpin dan kerajaannya justru menjadi istana raja diraja. Lihat saja pusat aliran sesat NII KW IX di Indramayu. Jawa Barat. Entah berapa petinggi negeri ini yang sudah munduk-munduk sowan (merunduk-runduk hadir) ke sana. Bahkan ngrampek-ngrampek (mendekat-dekat dengan penuh harap) untuk minta dukungan, dengan mengadakan TPS (tempat pemungutan suara) khusus segala dalam pemilu yang lalu.
Apakah itu bukan berarti menyuburkan aliran sesat bahkan menjunjungnya?
Di samping para pejabat tinggi banyak yang sowan ke istana aliran sesat, masih pula para petinggi aliran sesat sering tidak dijamah oleh hukum, entah apa sebabnya. Itu LDII yang telah dikhabarkan menipu hampir 11 triliun rupiah, tidak pernah ada khabar bahwa mereka diseret ke pengadilan. (lihat buku HMC Shodiq, Akar Kesesatan LDII dan Penipuan Triliunan Rupiah, LPPI, Jakarta, cetakan kedua, Oktober 2004). Padahal saat ini banyak pejabat setelah menduduki jabatan kemudian diseret ke pengadilan dan akhirnya masuk ke penjara. Lha kalau jadi pemimpin aliran sesat, entah itu bisa memeras, bahkan menipu mentah-mentah, ternyata dibiarkan lenggang kangkung (berjalan santai) tidak diusik-usik. Sebaliknya, justru para pemimpin aliran sesat itu disowani dengan munduk-munduk oleh pejabat tinggi negeri ini, masih pula dimintai restunya. Apakah itu tidak menggiurkan untuk pertumbuhan aliran sesat? Dalam wacana perpolitikan, apakah lakon seperti itu termasuk tingkah politisi busuk yang diharapkan agar tidak dipilih lagi atau bukan?
Ciri-ciri Aliran Sesat
Penting sekali bagi orang yang hendak menghindari aliran sesat untuk mengetahui ciri-cirinya. Perlu diketahui bahwa kesesatan sangat beragam dan bermacam jumlahnya, maka tidak mungkin dalam kesempatan yang terbatas ini, kami menyampaikan semua ciri dari kesesatan yang terjadi di masa ini. Namun akan kami paparkan beberapa ciri-ciri dari jalan kesesatan atau aliran sesat yang ada di tanah air kita. Alhamdulillah, sebagian ciri dari aliran sesat yang ada di tanah air kita ini telah dikemukakan oleh Majelis Ulama Indonesia yang mengeluarkan ma’lumat tentang 10 ciri aliran sesat, yaitu:
Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari Akhir, Qadha dan Qadar) dan mengingkari rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah, sholat wajib 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji)
Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`I (Al-Quran dan As-Sunah);
Meyakini turunnya wahyu setelah Al Qur’an
Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al Qur’an
Melakukan penafsiran Al Quran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir
Mengingkari kedudukan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai sumber ajaran Islam
Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
Mengingkari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabi dan Rasul terakhir.
Merubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syari’ah, seperti haji tidak ke Baitullah, shalat fardlu tidak 5 waktu
Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i, seperti mengkafirkan seorang muslim hanya karena bukan kelompoknya.
Agar Terhindar dari Aliran Sesat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua hal, kalian tidak akan sesat jika berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah (Hadits).” (HR. Al Hakim. Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih mengatakan bahwa hadits ini hasan). Dari hadits ini jelaslah bahwa cara agar terhindar dari kesesatan adalah berpegang teguh terhadap Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu dengan mempelajarinya, lalu mengamalkannya. Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tidaklah aku biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pada hadits tersebut terdapat isyarat pentingnya mempelajari ilmu agama, yaitu Al Qur’an dan Hadits. Karena pada hakekatnya, orang yang terjerumus dalam kesesatan adalah orang yang tidak paham dan tidak mengerti ilmu agama dengan baik dan benar. Sebagaimana Allah Ta’ala mensifati orang-orang musyrikin yang sesat sebagai orang-orang yang tidak paham: (yang artinya) “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar dan memahami? Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu” (QS.Al Furqan: 44)
Karena ilmu agama akan menjaga seseorang dari kemaksiatan dan kesesatan. Semakin tinggi ilmunya, semakin tebal perisainya terhadap kemaksiatan dan kesesatan. Sebagaimana perkataan para ulama kita terdahulu ketika membandingkan ilmu dan harta: “Ilmu akan menjaga pemiliknya di dunia dan di akhirat. Sementara harta tidak dapat menjagamu. Bahkan dirimulah yang menjaga harta-hartamu di dalam kotak dan lemari”.
Secara ringkas, ada beberapa tips yang dapat dilakukan agar seseorang terhindar dari pengaruh aliran sesat, antara lain:
Mempelajari ilmu agama. Selain karena hukumnya wajib, dengan mempelajari agama seseorang akan mampu mengetahui ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan Islam namun disamarkan seolah merupakan ajaran Islam. Hadirilah majelis-majelis ta’lim yang dibimbing oleh ustadz yang terpercaya. Belilah buku, majalah, VCD atau MP3 yang berisi kajian Islam ilmiah yang membahas Al Qur’an dan hadits di dalamnya. Namun berhati-hatilah terhadap majelis-majelis ta’lim, buku, majalah atau VCD yang di dalamnya jarang atau bahkan tidak membahas Al Qur’an dan Hadits, walaupun isinya kelihatan baik.
Kenali dan pahami ciri-ciri aliran sesat.
Sering bergaul dengan ahlul ‘ilmi, yaitu orang-orang yang memiliki kapasitas ilmu agama yang baik, atau orang-orang yang semangat menuntut ilmu agama.
Jadilah insan yang ilmiah, yang senantiasa melakukan sesuatu atas dasar yang kokoh.
Curigailah bila menemukan sekelompok orang yang berdakwah Islam namun dengan cara sembunyi-sembunyi dan takut diketahui orang banyak.
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ulama atau ustadz yang terpercaya ketika menemukan sebuah keganjilan dalam praktek beragama.
Berdoa memohon pertolongan Allah agar dihindarkan dari kesesatan dan dimantapkan dalam kebenaran. Sebagaimana dicontohkan pula oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berdoa: Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolbii ‘alaa diinik. Artinya: “Ya Allah, Dzat Yang Membolak-balikan Hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu”. (HR. Muslim)
Terakhir, penulis menasehati diri sendiri dan kaum muslimin sekalian agar membudayakan sikap saling menasehati dalam kebaikan. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasehat” (HR.Bukhari dan Muslim). Maka tulisan ini adalah bentuk nasehat di balik sebuah harapan besar agar kaum muslimin sekalian terhindar dari jalan-jalan kesesatan dan bersatu di jalan kebenaran. Sehingga jika pembaca menemukan ciri-ciri aliran sesat sebagaimana telah disebutkan, kewajiban pertama adalah menasehati. Bukan menyesat-nyesatkan, mencaci-maki, melakukan aksi anarkis apalagi memvonis kafir. Sebab, terjerumus dalam jalan kesesatan belum tentu kafir. Wabillahittaufiq.
Sumber: nahimungkar.com dan buletin at-tauhid edisi V/11
Komentar
Posting Komentar